Ventilasi alami merupakan konsep yang penting dalam desain arsitektur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ini adalah proses alami di mana udara segar dapat masuk ke dalam ruangan dan udara kotor atau tercemar dapat keluar tanpa menggunakan peralatan mekanis seperti kipas atau pendingin udara. Desain bangunan yang memanfaatkan ventilasi alami dengan baik dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, mengurangi kebutuhan akan energi, dan mengurangi dampak lingkungan.

Mengapa terjadi pertukaran udara?

Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.

Tingkat pertukaran udara yang tepat sangat penting untuk menghindari terjadinya penumpukan polutan atau kelembaban yang berlebihan di dalam ruangan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi saluran pernapasan, alergi, atau bahkan penyakit serius seperti pneumonia.

3

Perencanaan yang optimal

Untuk membuat ventilasi alami yang optimal, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain luas, lokasi dan banyaknya bukaan.

Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi.
Arah bukaan tersebut menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang terbuka keatas.
Apabila tidak tersedia halaman dapat digunakan teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang bersebelahan.

Sebagai contoh kamar tidur dengan ukuran 3m x 4m diperlukan jendela dengan luas 0.6m2 atau 60cm x 100cm.

Ventilasi yang Diambil dari Ruang yang Bersebelahan

Ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari jendela, bukaan, ventilasi di pintu atau sarana lain dari ruangan yang bersebelahan (termasuk teras tertutup), jika kedua ruangan tersebut berada dalam satuan hunian yang sama atau teras tertutup milik umum. Beberapa syarat ruangan yang dapat digunakan sebagai arah ventilasi pada bangunan klas 2 dan hunian tunggal (klas 3 dan klas 4) adalah sebagai berikut:

  • ruang yang diventilasi bukan kompartemen sanitasi
  • jendela, bukaan, pintu dan sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai dari ruangan yang diventilasi.
  • ruangan yang bersebelahan memiliki jendela, bukaan, pintu atau sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap kombinasi luas lantai darikedua ruangan

Pada bangunan klas 5, 6, 7, 8 dan 9 berikut beberapa persyaratannya:

  • Jendela, bukaan, pintu atau sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 10% terhadap luas lantai dari ruang yang akan diventilasi, diukur tidak lebih dari 3,6 meter diatas lantai; dan
  • Ruang yang bersebelahan mempunyai jendela, bukaan, pintu atau sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 10% terhadap kombinasi luas lantai kedua ruangan.
1
3d rendering modern design and marble tile toilet and bathroom

Tips : Perencanaan Toilet/Kloset

Jika suatu ruangan terdapat kloset atau peturasan, maka kloset tersebut tidak boleh terbuka langsung ke arah :

  • Dapur atau pantri
  • Ruang makan umum atau restoran
  • Asrama dalam bangunan klas 3
  • Ruang pertemuan
  • Ruang kerja lebih dari satu orang

Jika suatu bangunan tedapat kloset mengarah pada list di atas, (khusus untuk bangunan klas 2, 3 atau 4 ) maka jalan masuk harus melalui ruang antara, koridor atau ruang lainnya. Serta ruang yang tidak berhubungan dengan udara luar dilengkapi dengan ventilasi pembuangan mekanis (kipas exhaust) dan pintu ke ruangan tersebut harus terhalang dari penglihatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here